Berbagi Ilmu di Dunia Maya
Facebook atau Friendster dianggap sebagai situs jejaring sosial yang telah mendunia. Melalui situs-situs itu, anggotanya bisa membangun jaringan dan mencari teman baru dari berbagai penjuru dunia. Mereka bisa berbagi pengalaman, profil, foto, video, bahkan game dengan para sobat online-nya.
Kini ada sebuah situs baru, menambah deretan situs jejaring sosial yang ada. Situs bernama Knetwit.com itu diluncurkan pada pekan lalu oleh dua orang mahasiswa Babson College, Amerika Serikat. Knetwit tidak menggunakan teknologi baru. Cara kerja situs ini serupa dengan jejaring sosial online lain seperti Facebook dan Friendster.
Tapi, yang membedakannya dengan situs lain, Knetwit adalah tempat untuk mahasiswa atau pelajar di seluruh dunia yang ingin berbagi catatan akademik. Sedangkan kebanyakan situs sejenis lainnya adalah tempat untuk sekadar mencari teman atau berbagi hal yang sifatnya menghibur.
Anggota situs Knetwit bisa berbagi pelajaran atau paper kuliah, hasil penelitian, ide-ide baru, atau masalah lain yang berkaitan dengan pendidikan akademik. Mereka yang mengalami kesulitan dalam belajar atau dalam memahami suatu bidang, bisa membangun jaringan dengan orang lain yang dapat membagi ilmunya.
Menurut Departemen Pendidikan Amerika Serikat, sekitar 13,74 juta mahasiswa dan 12,3 juta pelajar sekolah menengah di Negeri Paman Sam kini memiliki akses Internet di rumah. Dengan jumlah itu, dalam setahun mereka juga–secara kolektif–memproduksi kira-kira 1,92 miliar halaman informasi akademik dalam bentuk catatan kelas atau panduan belajar.
Karena itulah dua pendiri Knetwit, Tyler Jenks dan Benjamin Wald, beranggapan bahwa dengan semakin banyaknya mahasiswa yang menggunakan Internet untuk belajar dan melakukan penelitian, maka keberadaan sumber yang bisa memberikan semua informasi dengan relevan semakin dibutuhkan.
Berdasarkan pengalaman pribadi pula, Tyler dan Benjamin menciptakan solusi lewat situs ini. “Kami melihat jejaring sosial dan penelitian online telah menjadi bagian dari kehidupan akademis mahasiswa sehari-hari,” kata Benjamin yang kini menjabat sebagai Presiden Bidang Pemasaran Knetwit.
Benjamin mengakui, sebagai mahasiswa, dirinya juga sering frustrasi setiap kali tak menemukan apa yang dibutuhkan ketika meriset informasi di Internet. Dengan Knetwit, kami berusaha membuat orang lebih mudah mendapat informasi sesuai dengan kebutuhan, mengenai topik apa pun,” ujarnya. Solusi ini diharapkan membantu mereka dalam ujian atau penugasan berikutnya.
Itulah keuntungan bagi mereka yang mendapat jawaban lewat Knetwit. Bagi anggota yang telah membagi ilmunya, situs ini juga akan memberi keuntungan atau kompensasi. “Idenya, mahasiswa atau mereka yang ahli akan mendapat sedikit penghasilan ekstra atas kerja yang telah mereka lakukan,” kata Tyler, salah satu pendiri sekaligus Presiden Bidang Operasional Knetwit.
Kompensasi yang dimaksud itu berbentuk uang atau barang. Anggota Knetwit yang telah memberi kontribusi atau mengunggah content di Knetwit akan mendapat poin khusus yang bernama “Koin” setiap kali content diunduh–tidak masalah tiga kali atau 30 ribu kali–oleh anggota lain.
Koin ini kemudian bisa ditukar dengan uang via fasilitas PayPal, atau dengan produk barang yang tersedia di Knetwit Store. “Dengan berbagi pengetahuan, anggota akan mendapat keuntungan,” kata Tyler.
Mereka yang ingin mengunduh informasi bisa memulainya dengan mengetik kata kunci secara spesifik, misalnya nama sekolah atau bidang yang dicari. Sedangkan mereka yang akan mengunggah informasi berharga bisa mencantumkan tag agar mereka yang membutuhkan informasi itu bisa dengan mudah mendapatkannya. Proses upload bisa dilakukan dengan mudah dan cepat.
Tyler Jenks dan Benjamin Wald yang berusia 21 tahun baru-baru ini terpilih menjadi dua dari 25 Best Young Entrepreneur menurut Businessweek 2008. Adapun kampus mereka, Babson College, seperti yang dilansir media, adalah salah satu perguruan tinggi bisnis top di negara itu.